Sawarna “the hidden paradise”

Desa Wisata Sawarna “the hiden heaven on earth” terletak di Kecamatan Bayah Banten , jalan untuk menuju ke sini ada dua jalur yang pertama Jakarta -Tangerang-Rangkasbitung- Malimping – Bayah -Desa Sawarna memakan waktu 5 jam perjalanan atau yang ke dua Jakarta – Pelabuhan ratu – Bayah – Desa Sawarna yang memakan waktu 7-8 jam perjalanan , silahkan anda pilih yang mana anda suka

Di Desa ini memiliki keunikan dan keindahan Pemandangan Alam berupa Pantai dan Gua yang spektakuler , Ketika menginjakan kaki pertama di desa ini kita disuguhkan pemandangan alam yang sangat indah berupa sawah yang membentang luas bagai Karpet Permadani hijau serta hembusan angin yang menyegarkan badan dan hamparan pohon pohon kelapa dan jati yang menjulang sangat tinggi bagai benteng alam yang membentengi desa Sawarna

Untuk yang suka berpetualang disini banyak sekali Gua sehingga disebut sebagai Desa Seribu Gua , tapi diantara banyaknya gua , yang terkenal dan menjadi primadona wisatawan adalah:

  • Gua Lalay

Gua Lalay, salah satu Gua Karst (batu gamping) di desa Sawarna. Menurut sejarahnya, terjadinya Gua Lalay bermula dari adanya retakan pada batu gamping akibat pengaruh getaran tektonik. Retakan tersebut selanjutnya berfungsi sebagai jalan air yang melarutkan batu gamping sesuai dengan sifat fisiknya yang mudah larut dalam air. Air yang melarutkan batu gamping tersebut selanjutnya mengendap dan menghasilkan berbagai ornamen gua. Bagian dasar gua ini merupakan sungai bawah tanah yang berlumpur dengan ketebalan 10 sampai 15 cm. Panjang gua diperkirakan sampai 1000 meter.

Di atas gua Lalay ini banyak sekali kelelawar yang hinggap, oleh karenanya gua ini disebut Gua Lalay. Dalam bahasa sunda, Lalay artinya Kelelawar. Perjalanan ke dalam Gua Lalay kami hentikan hingga sekitar kedalaman 200 meter karena kondisi udara yang makin sedikit.

  • Goa Lawuk

Goa Lawuk memiliki keindahan Stalagnit dan Stalaktit yang sangat luar biasa
Gua Lawuk lebih sulit dicapai karena posisinya yang agak tinggi di pinggir bukit. Disini kamipun dibuat kagum dengan keindahan stalaktit yang terbentuk dari tetesan air yang mengenai batuan gamping. Setelah Puas mengeksplorasi Gua saatnya kita menuju Pantai yang mempesona diantaranya :

  • Pantai Ciantir

Pantai Ciantir disebut juga Pantai Sawarna merupakan Pantai selatan di Banten yang sangat cocok bagi anda penggila Surfing ,dengan medan yang sangat menantang andrenalin anda , ,untuk peralatan Surfing disarankan anda membawa sendiri karena disini tidak disediakan

  • Pantai Tanjung Layar

Pantai Tanjung Layar memiliki keunikan tersendiri yaitu adanya dua buah karang menyerupai layar selain itu disini juga terdapat Gua dan memiliki panorama sunset yang sangat luar biasa indahnya.

Sumber: lintas7travel

Jum’at 15 Juli 2011

17.15

Saya berangkat dari rumah di Rawasari menuju meeting point di terminal Lebak Bulus. Dari halte Rawasari saya naik bis Tanjung Priok-Ciputat, kemudian turun di terminal Lebak Bulus. (Rp.6.000)

18.20

Sampai di terminal Lebak Bulus, sambil nunggu Dhanie yang datang dari Bandung, saya makan nasi padang di depan terminal. Sebenernya gak laper sih, cuma nyari tempat duduk yang enak. Capek juga bawa tas gede nunggu sendirian celingukan di terminal. (Rp.14.000)

19.15

Dhanie yang menumpang bis Prima Jasa akhirnya datang juga, kesan pertama yang keluar dari mulut Dhanie adalah ‘Kusuma, sekarang kok lo gendut sih’. Cukup menohok dan menyadarkan saya untuk tidak makan dengan kalap setiap saat. Setelah itu, kami langsung mencari mushola terdekat kemudian solat.

20.00

Menuju ke depan gereja yang terletak di terminal Lebak Bulus, disana rombongan yang lain sudah menunggu. Perjalanan kali ini pesertanya cukup banyak, sekitar 65 orang. 53 orang naik bis yang sudah dicarter, 8 orang bawa mobil sendiri, dan 4 orang dari Bandung naik sepeda motor. Ternyata masih ada yang belum datang, maklumlah Jakarta pasti macet.

Mejeng dulu sebelum berangkat

21.30

Bus berangkat menuju Sawarna. Kami pergi menggunakan bus Dephan yang dicarter oleh Mba Tina, kebetulan saya dan Dhanie dapat di bis 1. Bis 1 merupakan bis kecil, tidak ada AC (pastinya..) dan jarak antar tempat duduk sempit banget. Kaki saya pegel sepanjang perjalanan. Saya langsung minum antimo, alhasil sepanjang perjalanan saya tertidur pulas walaupun bis terkocok-kocok di dalam bis. Kami pergi melalui Malingping. Saya kurang tau pasti jalur mana yang rusak karena saya tertidur, yang jelas saya merasa terguncang hebat dan bis sampai miring-miring. Dalam tidurpun saya berdoa supaya gak kecelakaan *eh

suasana dalam bus menuju Sawarna

Sabtu, 16 Juli 2011

03.00

Bis tiba-tiba berhenti. Saya terbangun dari tidur, saya kira sudah sampai di tempat tujuan, ternyata kami berhenti karena bis 2 nyasar entah kemana. Akhirnya kami menunggu disitu hingga Subuh, dan sekalian melaksanakan ibadah solat Subuh.

05.30

Akhirnya bis 2 sampai juga di tempat kita berhenti, dan perjalanan pun dilanjutkan. Karena hari sudah pagi, saya pun tidak bisa tidur lagi. Jalanan kearah Sawarna cukup ekstrim. Selain jalur yang naik turun, jalanan masih belum bagus juga. Bis kami pun menggerung-gerung saat menaiki tanjakan. Saya dan Dhanie udah komat-kamit dalam hati supaya bis gak mundur.

07.30

Akhirnya kami sampai juga di Desa Sawarna. Untuk masuk ke kawasannya, kami harus melalui jembatan gantung dan dipungut retribusi sebesar Rp. 2.000/orang. Untuk melewati jembatan gantung kami harus mengantri. Setiap rombongan yang hendak melintasi jembatan dibatasi 10 orang/rombongan atau 1 motor. Mungkin agar jembatan tidak roboh.

baru sampe, langsung foto-foto

08.15

Tiba di homestay. Kami menginap di homestay Sawarna Beach Resort. Karena kami banyak, maka seluruh homestay kami sewa. Homestay ini lumayan bagus kok, bangunannya udah lumahyan modern, maksud saya udah berubin.

09.00

Sarapan pagi yang sudah disediakan oleh pemilik homestay.

10.00

Mulai berkumpul untuk susur goa Lalay. Perjalanan dari homestay kami menuju goa Lalay lumayan jauh, kurang lebih sekitar 6km. Dalam perjalanan menuju goa, kami melewati persawahan dan rumah-rumah penduduk. Lingkungan di Desa Sawarna ini masih sangat asri. Seperti alam pedesaan yang sering saya jumpai dalam lukisan yang ada dirumah saya.

10.45

Sampai di goa Lalay, kami pun mulai caving menyusuri goa Lalay. Tipikal goa ini adalah horizontal basah dan berlumpur, oleh karena itu saat menyusuri goa disarankan oleh guide agar melepas sandal kami. Di dalam goa dengan ditemani senter, kami pun mulai menyusuri. Dengan air yang menggenang hingga batas paha saya, saya jalan perlahan. Dibawah kaki rasanya menginjak sesuatu yang bergerinjil, saya rasa itu eek kelelawar. Terkadang kaki saya masuk ke lumpur, dan ada saatnya kita harus berjalan diatas lumpur yang mengeras. Rasanya licin banget sampai saya harus pegangan dinding goa. Saat sampai di dalam, ternyata banyak kelelawar yang ada diatas goa, maka itu goa ini disebut goa Lalay, yang artinya kelelawar.

mulut goa lalay
penampakan dalam goa
penampakan dalam goa juga

12.00

Kami selesai caving dan kembali ke penginapan.

13.00

Semua sudah berkumpul di penginapan, dan kemudian bersih-bersih diri. Setelah itu saya langsung makan siang dan tertidur pulas. Hehe

15.30

Kami menuju ke pantai Ciatir untuk menanti sunset dan temtunya foto-foto sekalian menikmati angin laut. Dari homestay kami ke pantai Ciatir gak jauh, cuma sekitar 1 km aja. Saya sangat terpukau dengan pemandangan laut yang menakjubkan. Karang di pantai Ciatir besar-besar dan ombaknya pun juga besar. Ombak yang besar itu menerpa karang sehingga menimbulkan suara yang indah. Entah kenapa saya suka suara ombak yang menghantam karang. Biasanya pantai Ciatir ini dipakai bule-bule buat surfing karena ombaknya cukup memacu adrenalin. Kebetulaan, saat itu ada 2 orang bule yang sedang surfing.

berpose di pantai ciatir

17.00

Kami terus menyusuri hingga ke pantai Tanjung Layar, di pantai ini karangnya juga besar-besar. Dan yang menjadi trademark pantai Tanjung Layar adalah dua batu berdampingan yang menjulang keatas. Angin pantainya juga keras, cukup membuat rambut berantakan. Disinilah kami menanti sunset.

trade mark pantai Tanjung Layar 😀
menjelang sunset di Tanjung Layar
Sunset di Tanjung Layar

18.15

Kembali ke homestaay untuk mandi dan solat magrib serta makan malam.

20.00

Kami semua berkumpul di teras penginapan untuk membayar uang trip sebesar Rp. 205.000 dan acara tukar kado. Sialnya, saya cuma dapet permen doang. Sebenarnya saya lebih suka benda karena bisa dikenang. Hehe

kumpul-kumpul malam

23.00

Istirahat tidur

Minggu, 17 Juli 2011

03.40

Kami dibangunin oleh Bang Gondrong untuk segera bangun dan siap-siap trekking untuk menyaksikan sunrise di Laguna Pari.

04.00

Berangkat trekking menuju Laguna Pari. Jalur yang dilalui melalui bukit tapi gak terlalu tinggi juga bukitnya. Cuma perjalanan lumayan jauh.

05.00

Sampai di Laguna Pari.

Laguna Pari di pagi hari

Karena masih gelap, kami duduk-duduk dulu di pinggir pantai. Ternyata sudah banyak orang juga disana yang datang untuk menyaksikan sunrise.

pada menunggu sunrise

Ditunggu lama kok sunrise gak muncul-muncul, ternyata sunrise nya telat baru muncul sekitar jam 06.00 (biasanya saya yang telat bangun buat liat sunrise, ini malah sunrisenya yang telat).

menjelang sunrise di Laguna Pari
Sunrise di Laguna Pari

07.30

Balik ke homestay.

08.30

Sampai di homestay, sarapan pagi dengan nasi kuning dan telur goreng. Lumayan enak, saya makan banyak sampai kekenyangan.

10.00

Kami check-out dari homestay, makan siang untuk kami pun sudah dibungkuskan oleh pegawai homestay supaya bisa kami makan saat  di bis.

Jalur pulang kami melalui Pelabuhan Ratu-Sukabumi_Ciawi, karena jalur itu jalanannya sudah bagus dan lebih cepat sampai. Hanya saja, jalanan yang berliku membuat saya mabok, sekali lagi saya mengandalkan antimo. Hehehe.

Saat itu, rombongan Bintaro menempati bis 1, dan saya kebagian jatah bis 2.

Kami rencana pulang lebih awal supaya sampai di Jakarta tidak terlalu malam, ternyata Tuhan berkehendak lain….

15.00

Bis yang rombongan saya tumpangi (bis 2) mogok di Bojong Galing. Entah kenapa bis 2 ini selalu bermasalah. Waktu berangkat nyasar, saatnya pulang malah mogok. Tapi pak sopirnya bis 2 baik banget loh, saya sampai gak tega liatnya.

Walhasil, kita ngemper di warung selama 3 jam bagaikan anak terlantar.

Ngemper di warung karena bis mogok

18.00

Akhirnya mesin bis hidup kembali setelah dibenerin sama tukang bengkel setempat. Perjalanan pun dilanjutkan. Dari Sukabumi hingga di lampu merah mau masuk tol Ciawi macet banget. Saya sampe bête karena kepanasan dan kecapean juga mungkin.

22.00

Sampai di Lebak Bulus. Karena sudah malam, saya dijemput Babe dan Ibu 😀

23 respons untuk ‘Sawarna “the hidden paradise”

  1. sawarna emang keren abis, skitar 3 bulan lalu sy ksana turing bareng tmen2 kantor
    perjalanan yang melelahkan terbayarkan dengan keindahan pantai tanjung layar..mantaafff

  2. sya 3 hri 2 mlm.dari malimping ympe tnjg layar,tp waktu sgt blm ckup,bwt menikmati keindahan alam sekitar bayah…….subhannallohhh

  3. beruntungnya diriku,,
    suamiku dinas d bayah,, perjalanan dr rmh k sawarna sekitar 25 menit,,
    d bayah, selain sawarna ada jg pantai yg lain, yg tak kalah indahnya,,

    1. mbak Lilik, minta infonya dong pantai mana lagi yang cantik dan gak berbahaya untuk anak-anak.. karena kami punya rencana kesana lagi.. Terima kasih sebelumnya

  4. Pantai Pulau Manuk juga keren (6km dari Sawarna), sayang kami gak jadi lihat sunset di Tanjung Layar karena gerimis saat mau berangkat.. Gantinya anak2 kami senang sekali lihat pelangi melengkung di depan penginapan…

  5. waa,, kayaknya sawarna asiik banget nii mbak ya….
    recommended banget lah buat makrab kelas,
    tapi kami bingung nii mbak, mbka Ratih bisa kasi tau kami gak ya estimasi biaya per orang berapa.jika yang ikut itu sekitar 30 orang??
    🙂
    makasii ya mbakk..
    😉

Tinggalkan Balasan ke Zaki Batalkan balasan